Loading...

Sistem Pertanian Terintegrasi Terbarukan (SIPINTER) Untuk Peningkatan Pendapatan Keluarga

Innovillage
Share post:

Indeks Desa Membangun (IDM) adalah indeks komposit yang terbentuk dari 3 indeks, yaitu indeks ketahanan sosial, indeks ketahanan ekonomi, dan indeks ketahanan lingkungan. Nilai IDM yang semakin tinggi menunjukkan kondisi desa yang semakin baik dari segi sosial, ekonomi, dan ekologi. Kabupaten Blora terbagi atas 16 kecamatan dengan nilai IDM paling kecil adalah Kecamatan Sambong dengan peringkat 4558 dan nilai IDM 0,6447. Hal ini menunjukkan Kecamatan Sambong jika dibandingkan dengan kecamatan yang ada di Blora adalah yang paling tertinggal.

Kecamatan Sambong memiliki sebanyak 10 Desa dan salah satunya adalah Desa Temengeng. Temengeng merupakan sebuah desa yang jauh dari keramaian hiruk pikuk kendaraan, posisinya jauh dari jalan aspal lebih kurang 10 km. Untuk sampai ke Desa Temengeng harus melewati hutan jati dengan jalan bebatuan yang membuat masyarakat kesusahan dalam hal mobilitas. Pada musim kemarau tahun 2021, Desa Temengeng menjadi salah satu desa yang berada di Kabupaten Blora yang mengalami dampak kekeringan. Jika melihat peta sebaran kekeringan Kabupaten Blora, sebesar 70% lebih daerah di Desa Temengeng yang tergolong kekeringan sedang sampai sangat berat dan sisanya masuk dalam kategori sangat ringan sampai ringan. Dengan kondisi cuaca yang panas dan potensi kekeringan dalam setiap tahun mengakibatkan tidak semua jenis sayuran dapat berkembang biak dengan baik, terutama untuk jenis sayuran yang membutuhkan banyak air seperti sawi, kangkung, dan bayam. Ditambah hama dan penyakit yang dapat merugikan petani serta harga obat-obatan yang terus meningkat. Hal ini mengakibatkan keuntungan yang didapatkan para petani sangat sedikit bahkan parahnya bisa mengalami kerugian. Selain itu, tidak semua warga Desa Temengeng memiliki lahan sawah untuk dijadikan lapangan pekerjaan. Sehingga warga yang tidak memiliki lahan sawah harus bekerja di lahan milik orang lain atau menyewa.

Dengan demikian dibutuhkan inovasi teknologi agar tetap dapat menanam sayur di segala musim serta di keterbatasan lahan sawah. SIPINTER merupakan sistem pertanian bertingkat yang menggabungkan kolam ikan, kandang ayam, dan hidroponik dalam skala rumahan yang dapat diletakkan di pekarangan rumah dengan sumber energi utama dari panel surya. Sistem skala rumahan menguntungkan karena bisa diterapkan tanpa mengharuskan warga memiliki lahan yang luas. Sebagai kemudahan, sistem akan terintegrasi dan terdapat koordinator yang bertugas melakukan pembelian pakan, pembelian bibit, serta penjualan hasil panen. Dengan demikian, masyarakat pengguna SIPINTER tidak dibingungkan harus membeli bibit dan pakan dimana serta harus menjual hasil panennya kepada siapa.

Pada tahap ketiga, dilakukan finalisasi SIPINTER. Finalisasi tersebut seperti: perangkaian paralon hidroponik; pemasangan plastik UV hidroponik; pemasangan terpal kolam ikan; pemasangan alas kandang ayam; dan juga perangkaian peralatan utilitas (listrik, aerator saluran air, dan lain-lain). Kami telah berhasil membuat ekosistem keberlanjutan dari hulu sampai hilir yang melibatkan petani SIPINTER, tukang potong ayam, ibu-ibu rumah tangga, warung angkringan, restorasi asrama vyatra, hingga dapat dikonsumsi oleh mahasiswa dan konsumen angkringan dengan mendapat dukungan dari pemangku jabatan. Ekosistem ini berpotensi untuk ditingkatkan lebih lanjut, dengan prinsip desa sebagai lini produksi dan konsumen berada di kota.

Video implementasi project klik disini.

#Innovillage2022 #DigitalUntukSemua
Share post:
Top