Loading...

Pengembangan Aplikasi Penanda Pohon Jati Berbasis QR Code dan Geo-Tagging untuk Membantu Konservasi Ekosistem Jati Alam

Innovillage
Share post:

Setelah pengumuman top 150 kami mulai mengerjakan projek kami sesuai dengan yang telah direncanakan pada proposal dimulai dengan menyusul jadwal kegiatan hingga membuat tahap awal dari website. Setelah progres Innovillage 2022 tahap satu dimulai, kami dan dosen pembimbing melakukan diskusi tentang detail langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memulai project yang kami buatsebelumnya. Dimulai dari hal-hal yang harus dipersiapkan untuk membuatsebuah aplikasi dan website, lalu mengatur dana untuk bahan dan alat yang perlu dibeli untuk menunjang implementasi nanti. Telah dilakukan koordinasi dengan perangkat Desa Bantea untuk membantu berjalannya project yang kami lakukan. 

Pihak kami telah melakukan survey dan analisis masalah untuk mengetahui apa saja yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah pada ekosistem jati tersebut. Untuk tahap awal tim kami membuat database dan website yang juga telah terhubung database dengan Sam Alim Ramadhan sebagai perancang front end, Muh. Alfi Syahrin dan Syahrul Reza Ananda sebagai back end. Masing-masing dari kami juga melakukan survey harga di setiap toko dan alat yang dibutuhkan untuk implementasi nanti. Pada periode pelaporan-Awal, tim kami berhasil membuat tampilan dari aplikasi mobile yang akankami gunakan nanti lengkap dengan pengisian data, kamera, log in dan log out, dan lainlain yang berhubungan dengan project kami. 

Aplikasi itu nantinya akan terhubung dengan Database menggunakan API agar bisa berfungsi sebagai alat identifikasi pohon jati yang telah terpasang QR-Tag agar data dari pohon tersebut bisa masuk ke server secara langsung (online) maupun disimpan terlebih dahulu (offline) agar nantinya akan dimasukkan ke server ketika ada kendala jaringan. Pada periode ini kami juga membuat website yang dapat log in ke database dengan menggunakan akun admin, hanya saja kami belum dapat menyelesaikannya dan terdapat error pada localhost nya. Pada periode pelaporan-Tengah, kami berhasil membuat tampilan website yang dapat log in ke database dengan menggunakan akun admin. Pada website ini terdapat dua mode yang dapat digunakan, yaitu mode user yang hanya dapat melihat-lihat informasi tentang hutan, ekosistem, dan pohon saja, dan juga user admin yang dapat melakukan manajemen pada data yang telah dimasukkan ke database. Website yang kami buat memungkinkan pengguna mendapatkan informasi seputar hutan, ekosistem, dan pohon pada project ini. Termasuk posisi, gallery, dan perangkat pengurus hutan. Pada website juga terdapan tombol log in untuk mengakses Database yang berfungsi sebagai manajemen dari data yang telah di identifikasi melalui aplikasi ataupun pencatatan manual pada database itu sendiri. 

Pada periode pelaporan-Akhir, Terdapat perubahan terhadap website yang kami buat dimana pada url website yang sebelumnya berupa desabantea.id menjadi innovillage.desabantea.id karena website project ini akan disatukan dengan OpenSID, Setelah memperbaiki masalah pada website kami langsung melakukan pencetakan qr-tag sebanyak 300 buah, karna keterbatasan waktu kami mengutamakan 50 qr-tag dan 250 lainnya akan dikirim ke depannya, Serta yang terjun langsung ke lapang hanya satu orang saja karena kurangnya biaya. Selanjutnya perwakilan kami melakukan perjalan dari Bandung menuju Buton Tengah yang memakan waktu 22 jam dengan menggunakan pesawat,kereta, kapal, dan mobil. Setelah sampai disana, perwakilan kami kami mengunjungi rumah ketua kelompok pencinta alam bantea untuk merancanakan tahapan pengimplementasian projek yang akan diterapkan disana. Setelah disetujui ketua pecinta alam bantea, dilanjutkan dengan mengumpulkan warga yang dapat ikut serta melakukan implementasi. Bersama dengan 15 orang lainnya yang terdiri dari kepala desa, ketua pecinta hutan Bantea, sekretaris pecinta hutan Bantea, dan warga desa selanjutnya kami melakukan presentasi tentang aplikasi dan website serta tahap-tahap implementasi yang akan dilakukan disana. Setelah itu kami dan masyarakat yang bersangkutan melakukan pemasangan qr-tag pada pohon jati yang ada dengan jumlah 50 buah. Setelah itu masyarakat diarahkan untuk mencoba aplikasi dengan mengscan dan mengisikan data pada pohon yang sudah terpasang qr-tag. Setelah berhasil melakukan implementasi, kami berdiskusi dengan perangkat desa tentang keluhan dari desa dan harapan terhadap projek yang akan dilakukan pada desa tersebut. Berdasarkan keluhan dari kepala desa Bapak La Udi dan ketua pecinta hutan Bantea Bapak La Ari, telah banyak terjadi penebangan pohon jati di hutan tersebut baik oleh pemerintah maupun oleh warga sekitar. 

Sulitnya pendataan pada pohon jati menjadi salah satu faktor penyebab sulitnya pelestarian hutan jati di desa tersebut. Selain itu terdapat keluhan lain dari kepala desa dan masyarakat terkait minimnya sarana dan prasarana karena desa tersebut kurang mendapat sorotan pemerintah yang membuat desa itu menjadi desa tertinggal. Oleh karena itu kami menerapkan projek Hide and Teak di desa bantea untuk memberikan solusi dari keluhan keluhan tersebut. Pada projek ini kami memberikan sebuah website dan aplikasi yang terhubung dengan database untuk memudahkan identifikasi pada pohon-pohon jati di hutan tersebut. Selain dapat mendata pohon jati di hutan Katondoki dengan lebih presisi, hasil project ini juga dapat dijadikan sebagai cara promosi hutan jati Bantea pada masyarakat luar (melalui website) dan dapat terciptanya peluang ekowisata pada hutan ini. Dengan begitu desa Bantea dapat memperoleh perhatian dari pemerintah setempat untuk dikembangkan berdasarkan potensi-potensi yang ada pada desa tersebut. Setelah selesai melakukan implementasi kami melanjutkan dengan pembuatan laporan dan video tahap akhir.

Video implementasi project klik disini.
#Innovillage2022 #DigitalUntukSemua
Share post:
Top