Loading...

SIDER : Website Sistem Informasi Pencatatan dan Perhitungan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk Meminimalisir Kesalahan dan Menghemat Waktu dalam Memasukkan Data Pasien

Innovillage
Share post:

Indonesia adalah negara kepulauan. Indonesia memiliki 83.381 desa/kelurahan yang tersebar dalam 7.230 kecamatan di 34 provinsi (Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2021). Setiap desa memiliki posyandu yang tersebar berdasarkan RW. Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait (Departemen Kesehatan RI, 2006). Tujuan dari posyandu salah satunya adalah Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil), melahirkan dan nifas. Kegiatan pokok dari posyandu adalah KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare. Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat yang dilaksanakan oleh kader dan bidan dengan sistem 5 meja yaitu Meja I : Pendaftaran, Meja II : Penimbangan, Meja III : Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), Meja IV : Edukasi perorangan berdasarkan KMS dan Meja V : Pelayanan kesehatan (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU, 2007). Setelah itu, hasil laporan direkap dan dikirimkan ke desa dan puskesmas. Berdasarkan hasil survey screening dan in-depth interview di kecamatan jatiroto, kabupaten lumajang. Permasalahan utama terdapat pada meja III yaitu pengisian KMS yang ditulis diatas kertas. KMS diisi oleh kader yaitu sukarelawan yang bertugas untuk membantu dalam proses pencatatan. Seorang kader biasanya bukan berasal dari orang yang memiliki pendidikan tinggi dan terkadang dari kalangan orang yang sudah lanjut usia. Normalnya, ketika pasien telah datang dari meja III, pasien lanjut ke meja IV untuk mendapatkan edukasi berdasarkan hasil KMS. Karena terlalu banyak data yang perlu diisi dan diakumulasi dari meja III, ditambah lagi dengan penggunaan rumus akumulasi yang menyulitkan kader dalam memahami, sehingga proses dari meja III belum terselesaikan secara cepat dan akhirnya edukasi di meja IV tidak bisa tersampaikan dengan baik dan terkesan seadanya. solusi yang ada saat ini adalah menunggu hasil KMS terisi dan melaporkan hasil KMS di akhir bulan.

Permasalahan lainnya adalah sering kali terjadi salah input data sehingga data menjadi redundan, salah bahkan hilang. Sehingga tidak semua kader memahami data yang ditulis oleh kader lain. Selain itu, terdapat permasalahan ketika kader harus menulis laporan untuk desa dan puskesmas. Karena pencatatan masih dilakukan diatas kertas, kader harus menuliskan ulang 2 kali padahal data yang dimasukkan sama. Ditambah lagi, jika terdapat pergantian kader, maka pihak puskesmas harus mengedukasi kader terhadap bagaimana cara mengisi KMS yang menghabiskan banyak waktu karena terdapat banyak data yang perlu diisi dan rumus/operasional yang perlu dipahami. Berdasarkan permasalahan tersebut, diusulkan sebuah solusi alternatif berupa website sistem informasi yang mampu membantu kader dalam melakukan proses pencatatan dan perhitungan KMS. dengan website tersebut, kader dapat memasukkan data pasien tanpa perlu menghabiskan banyak waktu untuk akumulasi data pasien. Sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam memasukkan data pasien pada KMS. Tim SIDER melakukan riset dan pengumpulan data dengan tujuan untuk menilai apakah produk SIDER berguna serta memudahkan para kader dalam melakukan pekerjaannya. Berdasarkan Focus Group Discussion yang dilakukan, terdapat beberapa masukan. Pada halaman pengukuran lingkar kepala dan lingkar lengan hanya dapat di input di bulan februari dan bulan agustus. Selain itu, pada halaman medis, perlu ditambahkan input obat cacing dan vitamin A yang hanya bisa diceklis pada bulan februari dan agustus. Untuk setiap data pasien yang tidak hadir selama 6 bulan berturut-turut, maka statusnya dianggap “pindah” dan akan dipindah ke halaman arsip.

Untuk link video youtube dapat dilihat disini.
#Innovillage2022 #DigitalUntukSemua
Share post:
Top