Loading...

Sistem Informasi Kebun Berdaya (Si-KB) Sebagai Sarana Untuk Mengatahui Potensi Urban Farming

28 Oktober 2020
Telkom University

Projek

  • Judul:Sistem Informasi Kebun Berdaya (Si-KB) Sebagai Sarana Untuk Mengatahui Potensi Urban Farming
  • Tanggal:28 Oktober 2020 - 06 Desember 2020
  • Lokasi Sosial Projek:Bali, Kota Denpasar, Denpasar Utara, Tonja.

Inovator

  • Perguruan Tinggi:Telkom University
  • Ketua:Pande Gede Yoga Mahardika
  • Angota#1:Iga Narendra Pramawijaya
  • Angota#2:Adhi Muhammad Fahmi

SDGs

Menghapus Kemiskinan Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Infrastruktur, Industri dan Inovasi

Share

Deskripsi

Pandemi COVID-19 sangat berdampak bagi masyarakat. Masyarakat bali yang sebagian besar bekerja pada sektor pariwisata pun mulai kehilangan pendapatan dan pekerjaan mereka. Menurut data dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali, sektor pariwisata setidaknya merugi Rp9,7 triliun setiap bulannya. Di tengah ketidakpastian situasi perekonomian memberikan dampak yang signifikan pada aspek – aspek lain yang ada di masyarakat. Banjar Tegeh Sari yang terletak di Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Provinsi Bali memiliki jumlah penduduk sekitar 1.248 kepala keluarga. Penduduk di wilayah ini terdiri dari berbagai kalangan masyarakat dengan sebagian besar pekerjaannya adalah sebagai pegawai swasta sebanyak 2.419 orang dan pegawai negeri sipil sebanyak 679 orang. Di tengah kondisi pandemi, seluruh penduduk yang bekerja di sektor pariwisata mengalami penurunan pendapatan dan bahkan ada yang dirumahkan karena tidak adanya wisatawan yang berkunjung ke Bali. Di samping itu, salah satu isu terbesar yang mungkin terjadi pada saat pandemi adalah ketahanan pangan di masyarakat. Dengan adanya penurunan pendapatan juga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat menjadi salah satu faktor dari terjadinya tindak kriminal. Luas wilayah dari Banjar Tegeh Sari mencapai 1 km2 . Namun jika ditelusuri lebih lanjut ternyata masih banyak lahan – lahan terbengkalai yang tidak produktif dan menjadi lahan pembuangan sampah oleh oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab. Dengan misi menjaga kelestarian lingkungan dan ketahanan pangan maka dengan perlahan mereka mulai mencoba melakukan pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan lahan - lahan tersebut. Tentu yang menjadi pertanyaan adalah apakah boleh untuk memanfaatkan lahan tersebut yang notabene nya bukan merupakan lahan milik banjar? Jawabannya adalah boleh. Hal ini dikarenakan Banjar Tegeh Sari memiliki suatu awig – awig banjar yang menyebutkan, jika ada lahan kosong yang tidak dipergunakan oleh pemiliknya yang tidak dipagari dan mengganggu lingkungan sekitar maka banjar berhak memanfaatkan lahan tersebut secara tanpa membuat bangunan permanen. 

Dengan inisiatif tersebut terbentuklah suatu komunitas Kebun Berdaya (KB) atas inisiatif warga dan pengurus dari Banjar Tegeh Sari. Kebun Berdaya memiliki semangat untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di wilayah Banjar Tegeh Sari demi menyediakan pangan yang sehat dan bergizi secara mandiri. Saat ini Kebun Berdaya telah memiliki enam kebun komunitas yang dikelola masing - masing wilayah. Selain itu, selama pandemi ini, Kebun Berdaya sudah mencoba melakukan beberapa gerakan seperti membagikan bibit tanaman beserta planter bag sebagai media tanam pada bulan Juli 2020 bagi masyarakat yang terdampak akibat adanya pandemi ini. Total ada 190 kepala keluarga yang mendapatkan planter bag tersebut dengan jumlah total planter bag yang dibagikan mencapai 1.000 unit. Hal ini bertujuan setidaknya dapat sedikit meringankan pengeluaran dari setiap keluarga mengenai makanan. Selain itu, di tengah pandemi diperlukan makanan yang tidak hanya sekedar mengenyangkan perut namun juga harus sehat dan bergizi. Tujuan besarnya adalah bagaimana dengan tanaman yang mereka tanam dapat membentuk mindset mengenai proses bukan hanya hasil yang instan seperti bantuan - bantuan BLT yang dibagikan oleh pemerintah. Kedepannya, jika sudah banyak warga yang ikut berpartisipasi maka nantinya Banjar Tegeh Sari dapat menjadi marketplace tersendiri mengenai urban farming tanaman organik. Selama beberapa bulan telah berlalu dari bulan Juli 2020 saat planter bag dan bibit sudah dibagikan ternyata memiliki beberapa kendala yang cukup kompleks untuk diselesaikan. Sulitnya melakukan monitoring adalah salah satu masalah yang belum dapat terselesaikan. Jika ingin melakukan monitoring maka memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Didukung dengan persebaran yang tidak terdata dengan baik maka semakin menyulitkan adanya monitoring tersebut. Keberlangsungan dari kegiatan tersebut menjadi terhambat dan sulit untuk melakukan improvisasi - improvisasi. Selain itu, masyarakat juga tampaknya belum terlalu paham mengenai tata cara urban farming sehingga dibutuhkan suatu solusi yang dapat melakukan monitoring tanaman secara individu sekaligus yang dapat dipantau oleh komunitas demi mengetahui efisiensi planter bag tersebut. Salah satu solusi yang dapat dicoba adalah membuat suatu sistem yang terintegrasi antara warga dan komunitas dimana komunitas sebagai admin dapat memantau data - data berupa luas lahan, tanggal tanam, jenis tanaman, dan lain sebagainya. Lalu masyarakat dapat memantau tanaman di pekarangan rumah mereka. Selain itu dengan adanya aplikasi ini maka dapat memantau potensi lahan yang ada di wilayah Banjar Tegeh Sari ini. Inovasi dan Implementasi Pada bulan Oktober 2020, program Innovillage yang merupakan program sinergi PT Telkom Indonesia dengan Telkom University diumumkan akan dilaksanakan bagi mahasiswa/mahasiswi yang sedang di berada kampung halaman akibat adanya pandemi COVID-19. Kesempatan ini tentu sangat berharga bagi kami dimana ini merupakan salah satu peluang untuk mengabdi kepada desa atau wilayah kami berada. Setelah pengumuman tersebut, kami langsung melakukan pencarian tim dan mencari dosen pembimbing untuk tim kami. 

Mencari tim tentu tidaklah mudah apalagi bagi mahasiswa/mahasiswi yang terpisah antar daerah-daerah yang berbeda di seluruh Indonesia. Apalagi program ini mewajibkan salah satu anggota tim harus berada di desa yang akan diimplementasikan projectnya. Selain itu,selama masa - masa registrasi banyak hal yang menjadi pertimbangan kami sebelum akhirnya memastikan untuk mengikuti program ini. Kesibukan perkuliahan online dan kegiatan - kegiatan di luar kampus tentu perlu pertimbangan yang matang. Apalagi dengan ikut program ini tentu memerlukan waktu ekstra untuk melakukan pengamatan dan analisis di lapangan mengenai masalah tersebut. Waktu berlalu dengan hanya memikirkan hal tersebut hingga detik - detik terakhir pendaftaran. Pada akhirnya kami membentuk tim dari satu universitas yaitu telkom university namun berbeda fakultas. Tim kami yang terdiri dari Pande Gede Yoga Mahardika sebagai tim di lapangan dari Fakultas Rekayasa Industri jurusan S1 Teknik Industri beserta Iga Narendra Pramawijaya jurusan S1 Teknik Telekomunikasi dan Adhi Muhammad Fahmi Jurusan S1 Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro sebagai tim IT yang berada di daerah yang berbeda yaitu Denpasar dan Bogor. Kami berhasil submit proposal mengenai usulan project kami yaitu membuat Sistem Informasi Kebun Berdaya (Si-KB) pada 30 menit akhir sebelum penutupan pendaftaran program ini. 23 Oktober 2020, tim kami dinyatakan lolos pada Top 100 Proposal yang dapat melakukan implementasi di Banjar Tegeh Sari, Denpasar, Bali dengan dana yang disetujui yaitu Rp. 20.317.259. Kami lalu menghubungi kelian banjar dan ketua komunitas untuk menginfokan bahwa kami akan melakukan social project disana. Lolosnya kami sangat disambut baik oleh Kebun Berdaya dan kami langsung mengadakan sesi Forum Group Discussion (FGD) pada hari Sabtu, 8 November 2020. Sebelum kami melakukan FGD tentu kami perlu mematangkan idenya terlebih dahulu. Kami lalu melakukan diskusi internal sekaligus melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing kami yaitu, Ibu Sofia Saidah. Setelah ide kami matang lalu kami persiapkan materi-materi yang akan disampaikan ke Kebun Berdaya. Pada sesi FGD ini, kami saling bertukar pikiran mengenai ide - ide dalam membuat aplikasi sistem informasi ini. Setelah diskusi ini berlangsung kami melakukan evaluasi kembali mengenai hasil diskusi dengan Kebun Berdaya dan pada akhirnya kami memutuskan untuk membuat aplikasi android yang didukung dengan website dan forum untuk melakukan diskusi di antara masyarakat. Pada awalnya kami ingin mengerjakan project ini secara mandiri tanpa mencari tim programmer eksternal. Namun, karena keterbatasan waktu dan jarak kami akhirnya memutuskan untuk mencari tim programmer eksternal untuk membantu kami menjalankan project ini. Tim internal kami membagi tim menjadi 2 peran yaitu peran di lapangan dan peran dalam menjembatani ide dengan tim programmer eksternal. Dalam proses pencarian programmer eksternal kami sedikit mengalami kesulitan karena sulitnya mendapatkan programmer yang akan dijadikan partner. Setelah sekian hari akhirnya kami berhasil bertemu dengan Bli Nyoman dan timnya yang setelah berdiskusi mengenai ide kami telah sepakat dengan kami dalam melaksanakan program ini. 

Minggu, 8 November 2020, tim lapangan kami melakukan survei awal mengenai lokasi dan objek yang akan kami bantu untuk mencari solusinya. Tim lapangan mengunjungi kebun-kebun dan halaman rumah warga sekaligus melihat kondisi planter bag yang ada. Pada survei tersebut kami mendapati bahwa memang di wilayah ini banyak sekali lahan yang kosong dan belum termanfaatkan secara maksimal. Jika halaman-halaman tersebut dimanfaatkan tentu akan menjadi suatu potensi urban farming yang besar karena akumulasi dari setiap halaman rumah tangga. Selain itu, beberapa warga yang mendapatkan planter bag juga kami wawancarai dan menanyakan pendapat mengenai aplikasi ini. Untungnya respon positif kami dapatkan dan menjadi motivasi kami dalam melakukan project ini. Pada minggu kedua kami mulai melakukan pendataan ulang sekaligus membantu memonitoring data awal yang ada untuk nantinya dimasukkan ke dalam aplikasi kami. Kami lalu menghubungi beberapa teman - teman anggota Kebun Berdaya Sari Dewi untuk membantu melaksanakan pendataan dan monitoring serta mengumpulkan setiap koordinat rumah yang kami data. Hari pertama kami menyusuri beberapa zona yang telah kami bangi dari pagi hingga siang hari. Di tengah sibuknya kuliah tentu ini menjadi suatu hal yang sangat menantang. 10 hari telah berlalu, tim kami yang dibantu dengan teman - teman Kebun Berdaya berhasil mengumpulkan data 174 kepala keluarga dari total 190 kepala keluarga yang menerima bantuan. Tentu ini berbeda dengan data awal karena kurang akuratnya pendataan yang dilakukan di awal program planter bag. Pada minggu ketiga seluruh data sudah terkumpul dan kami mulai mengajar penyelesaian aplikasi Si-KB. Aplikasi yang kami rancang sudah mulai terlihat bentuk awalnya dimana aplikasi ini nantinya akan memiliki empat fungsi yaitu, lahanku, pohonku, penenku, lalu tips dan trik. lahanku adalah sebuah fitur untuk melakukan pendataan lahan yang ada pada setiap rumah tangga. Menu lahanku ini nantinya akan berisi koordinat dari lahan yang diinput beserta keterangan yang diberikan untuk membedakannya dengan lahan yang lain. Lalu setelah lahan sudah diinput maka user dapat melakukan penambahan tanaman pada lahan - lahan tersebut yang nantinya dapat dilakukan monitoring pada fitur pohonku. Selain untuk mendata lahan, menu lahanku juga dapat digunakan untuk mendata media tanam lain seperti planter bag dan pot. Selanjutnya menu pohonku berfungsi untuk melakukan monitoring tanaman oleh user seperti apakah tanaman tersebut sudah masuk fase panen atau sudah tidak produktif. Lalu, pada menu tersebut juga dapat dijadikan sarana monitoring bagi komunitas karena setiap user melakukan panen, menanam, menyiram, dan memupuk akan diinput dengan foto. Fitur berikutnya adalah panenku yang berfungsi untuk menjual tanaman dari rumah tangga kepada komunitas jika ada panen yang berlebih. Fitur ini kami rasa diperlukan agar nantinya dapat memacu semangat dari masyarakat dalam melakukan urban farming. Berikutnya ada fitur tips dan trik dimana admin dapat memposting segala artikel dan tata cara yang berkaitan dengan urban farming. 

Terakhir di dalam aplikasi tersebut terdapat informasi kontak dan forum untuk melakukan diskusi. Fitur - fitur yang kami rencanakan tentu atas diskusi kami dengan Kebun Berdaya agar sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Namun saat memasuki minggu keempat, rencana kami untuk menyelesaikan aplikasi ini belum bisa terwujud. Kurangnya waktu untuk membuat aplikasi ini (1 bulan) dengan fitur yang kompleks tentu menjadi kendala bagi kami. Pada akhirnya kami memutuskan untuk menyelesaikan fitur yang bisa kami kejar dan melanjutkannya lagi setelah program ini berakhir. Tak terasa program Innovillage sudah memasuki minggu terakhir, namun kami belum dapat menyelesaikan semua fitur yang kami rencanakan. Beberapa fitur yang berhasil kami selesaikan adalah lahanku, pohonku, tips dan trik dan dashboard admin yang dapat mengakses informasi dari user. Beberapa fitur lain seperti panenku dan website forum belum dapat kami selesaikan karena masih dalam proses pengerjaan. Minggu, 6 Desember 2020, kami melakukan sosialisasi kepada perwakilan dari Kebun Berdaya. Di tengah pandemi maka sosialisasi harus kami batasi dan tetap mengikuti protokol kesehatan yang ada. Pada sosialisasi ini kami mendapatkan beberapa masukan untuk pengembangan kedepannya sekaligus apresiasi karena sudah berhasil membuat aplikasi ini walaupun belum sempurna. Dari sini kami menyadari bahwa aplikasi ini tidak hanya membantu masyarakat namun juga mmebantu berkembanganya komunitas ini. Dengan Aplikasi Si-KB diibaratkan sebagai kendaraan yang membantu komunitas dalam mencapai tujuannya dan harapan kedepannya makin banyak masyarakat yang mengikuti gerakan urban farming ini dan dapat menjadi percontohan bagi daerah lainnya walaupun sudah tidak ada pandemi. Kesan dan Pesan Tentu rasa lega dan senang bisa bagi tim kami karena bisa mengikuti Innovillage ini. Dengan program ini kami setidaknya dapat membuat suatu inovasi yang dapat membantu komunitas di sekitar kita. Selain mendapatkan pengalaman yang berarti, program ini juga memberikan kita kesempatan untuk belajar dan peduli terhadap lingkungan. Di samping itu, kita juga dapat mengembangkan potensi diri dalam bentuk soft skill seperti negosiasi, manajemen waktu dan prioritas, manajemen keuangan, hingga skill komunikasi kepada masyarakat. Semoga apa yang kami hasilkan ini dapat membantu masyarakat selama masa pandemi sekaligus menjadi pondasi awal aplikasi ini untuk dikembangkan lebih jauh ke depannya


Link Video Youtube : http://bit.ly/SistemInformasiKebunBerdaya


Klik Link dokumentasinya

Top