Loading...

Sistem Proteksi Penjemuran Kopi Otomatis (Si Kopi)

28 Oktober 2020
Telkom University

Projek

  • Judul:Sistem Proteksi Penjemuran Kopi Otomatis (Si Kopi)
  • Tanggal:28 Oktober 2020 - 06 Desember 2020
  • Lokasi Sosial Projek:Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong, Curup Utara, Tabarenah.

Inovator

  • Perguruan Tinggi:Telkom University
  • Ketua:Mohammad Aldrin Arifin
  • Angota#1:Amanda Ardelia
  • Angota#2:Nugroho Budi Prasetyo

SDGs

Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Infrastruktur, Industri dan Inovasi

Share

Deskripsi

Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar keempat di dunia. Dengan iklim geografis yang tropis sehingga sangat cocok untuk menanam kopi, Indonesia diberkahi dengan letak yang strategis untuk pertumbuhan dan produksi kopi. Tiap daerah di Indonesia memiliki pilihan rasa dan aroma kopi yang berbeda-beda. Kopi Bali misalnya memiliki aroma dan rasa yang manis serta identik dengan buah-buahan, sementara kopi Sumatra memiliki rasa yang lebih pekat dan pahit serta beraroma seperti kacang dan rempah-rempah. 

Provinsi Bengkulu sendiri merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di Indonesia. Dengan total lahan seluas 95.313 Ha untuk kopi Robusta saja, provinsi Bengkulu menduduki peringkat ketiga sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia. Menurut data dari Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu pada tahun 2016, total produksi kopi di Bengkulu adalah sebesar 55.168,9 ton untuk kopi Robusta dan 1.506 ton untuk kopi Arabica. 

Salah satu daerah penghasil biji kopi terbesar di Provinsi Bengkulu adalah Kabupaten Rejang Lebong. Dengan total luas lahan pertanian kopi sebesar 21.059 Ha dan dengan ketinggian sekitar 100-1000 mdpl, mayoritas produksi kopi di daerah Rejang Lebong adalah jenis Robusta. Metode pengolahan kopi di Rejang Lebong sendiri masih sangat primitif dan organik sehingga menyebabkan proses penjemuran biji kopi di daerah ini sangat rentan akan perubahan cuaca. Namun di sisi lain, proses ini pula yang mengakibatkan kopi dari Rejang Lebong memiliki aroma dan rasa yang unik dan berbeda dengan kopi dari daerah-daerah lainnya.

Di social project Innovillage kali ini, kami memilih Desa Tabarenah di Kecamatan Curup Utara sebagai tempat pengujian social project yang akan kami buat. Curup Utara sendiri merupakan salah satu  sentra penghasil kopi Robusta di Kabupaten Rejang Lebong. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Rejang Lebong tahun 2020, dengan luas lahan pertanian kopi mencapai 1.045 Ha dan produksi yang mencapai 855,77 Kg, mayoritas masyarakat di kecamatan ini merupakan petani kopi. 

Masalah utama yang kami soroti pada social project ini adalah lamanya proses penjemuran biji kopi akibat cuaca yang berubah-ubah. Dari hasil observasi kami diketahui bahwa proses pengolahan biji kopi di daerah desa Tabarenah menggunakan proses kering, di mana biji kopi yang sudah selesai dipanen akan langsung dijemur tanpa melewati proses fermentasi. Di sini cuaca sangat berpengaruh terhadap lama proses penjemuran. 

Proses penjemuran ini sendiri biasanya memerlukan waktu 2 minggu jika cuaca sedang cerah dan tidak terjadi hujan. Kadar air yang diinginkan setelah melalui proses ini adalah 15%, dan jika biji kopi terkena air sedikit saja maka kadar air biji kopi tersebut akan kembai naik. Hal ini dapat memperlama proses penjemuran biji kopi karena biji kopi harus dikeringkan kembali hingga mendapatkan hasil dengan tingkat kadar air yang pas. Selama ini petani kopi hanya mengandalkan observasi langusng dalam menentukan keadaan cuaca dan terkadang petani kopi lalai mengangkat biji kopi yang mereka keringkan ketika hujan turun. Alhasil proses penjemuran yang memakan waktu tidak sebentar harus diulang kembali demi mendapatkan hasil yang maksimal. 

Maka dari itu dibutuhkan suatu alat yang dapat mencegah kadar air biji kopi kembali naik akibat terkena air hujan pada saat proses penjemurannya. Alat ini nantinya dapat melindungi kopi dari rintik air hujan pada saat hujan turun sekaligus memberitahu petani kopi yang sedang mengeringkan kopinya ketika hujan hendak turun. Alat ini juga dapat mendeteksi siang dan malam sehingga dapat memperingatkan petani kopi untuk menyimpan kopi yang ia jemur. Hal ini dilakukan agar kopi yang petani tersebut jemur tidak dicuri oleh orang lain. 

Berdasarkan identifikasi masalah ini maka dibuatlah suatu sistem alat inovasi yang bernama “Si Kopi” (Sistem Proteksi Penjemuran Kopi Otomatis) di mana alat ini nantinya dapat membantu petani dalam mencegah tingkat kadar air di biji kopi yang mereka keringkan kembali naik akibat terkena air hujan sekaligus mencegah biji kopi yang mereka keringkan dicuri oleh orang lain ketika malam hari.

Lalu di proses pengerjaan awal kami melakukan koordinasi antar anggota dengan pembimbing. Untuk tempat pemasangan alatnya juga kami survey kembali, karena penjemuran kopi ini sangat terpengaruh akan waktu dan tempat. Ternyata di desa Tabarenah sangat sedikit orang yang menjemur kopi karena di waktu pengimplementasian petani di sana fokus menanam tanaman palawija. Untungnya, di desa tetangga yang berjarak sekitar 2 km, yakni desa Sukarami, masih ada beberapa petani yang baru panen kopi. Kamipun mengalihkan tempat pengimplementasian Si Kopi di desa Sukarami dan langsung mengadakan koordinasi dengan kepala desa setempat. Di awal pengerjaan ini kami juga melakukan pembelian komponen-komponen untuk alat Si Kopi.

Setelah semua komponen sampai, proses pengerjaan alat pun dimulai. Diproses ini mulai terlihat kesulitan-kesulitannya. Proses pengerjaan yang diestimasi membutuhkan waktu 2 minggu ternyata memakan waktu 1 minggu lebih lama. Hal ini dikarenakan kami kekurangan tenaga untuk merangkai Si Kopi. Beberapa komponen pun ada yg harus diganti karena rusak. Hal ini juga yang mempengaruhi timeline kami karena proses pemesanan komponen membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. 

Di awal minggu ke lima kami melakukan pemasangan alat yang dilanjutkan dengan pengimplementasian di sepanjang minggu tersebut. Di akhir minggu, kami kembali ke desa Sukarami untuk melihat kebermanfaatan alat kami. Ternyata sesuai perkiraan alat kami bekerja sebagaimana mestinya. Walaupun alat kami belum 100% sempurna dan masih banyak ruang untuk peningkatan, tapi melihat alat ini sudah jadi dan memberikan dampak bagi masyarakat, terlebih alat ini merupakan inovasi yang baru pertama kali dilakukan oleh siapapun, membuat kami senang akan hasil yang sudah kami kerjakan.

3 bulan ini merupakan saat-saat berharga bagi kami, dimana bukan hanya pengalaman-pengalaman biasa yang kami rasakan, tetapi ada sesuatu luar biasa yang membuka mata dan hati kami yang tidak akan kami dapatkan apabila tidak mengikuti social project ini. Terima kasih kepada Telkom Indonesia, Telkom University dan lembaga-lembaga lainnya yang telah menyelenggarakan Innovillage. Berkat Innovillage ini, kami jadi tahu bahwa peran kami sebagai mahasiswa sangat dinantikan oleh masyarakat pedesaan di seluruh pelosok negeri ini. Kehadiran kami dinantikan sebagai pembawa harapan bagi mereka bahwa ada orang-orang yang peduli terhadap mereka dan secara serius ingin mengembangkan desa mereka. Kami jadi tahu bahwa kesempatan mengabdi pada negeri bukan hanya terletak di kota-kota besar dan mancanegara saja, tetapi justru di pelosok negeri lah seharusnya kami mengabdi, mengembangkan daerah yang belum pernah tersentuh sebelumnya, membuka potensi-potensi yang selama ini terkubur begitu saja. Terima kasih kepada kepala desa Sukarami, pak Heri, yang telah membukakan jalan bagi kami untuk mengabdi di daerah kami sendiri. Terima kasih kepada pak Rodi yang sudah dengan sabar menerima kami di rumahnya, membukakan pintu kapan saja ketika kami hendak melakukan survey dan instalasi alat, membantu kami dengan segala kemampuannya, hingga bersedia menjadi tempat pengimplementasian alat ciptaan kami, Si Kopi. Terima kasih kepada seluruh masyarakat sukarami yang sudah mendukung kegiatan kami di desa mereka. Terima kasih kepada pihak-pihak lainnya yang telah membantu merealisasikan Si Kopi, dari hanya sebuah prototype 3D yang seakan mustahil untuk dibuat, hingga menjadi satu-satunya alat yang menggabungkan stasiun cuaca dengan alat pengering kopi sehingga terciptalah alat pengering otomatis ini. Besar harapan kami agar alat Si Kopi ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan bukan hanya di desa Sukarami, tetapi di desa-desa lainnya. Semoga Innovillage ini kedepannya menghadirkan inovasi-inovasi lain yang tak kalah hebat sehingga dapat meningkatkan potensi-potensi yang ada di seluruh penjuru tanah air.

Link video dokumentasi final disini.


Top