Loading...

Pemberdayaan Desa Kreatif Bebas Sampah bersama Gonicraft di Desa Rancatungku

28 Oktober 2020
Telkom University

Projek

  • Judul:Pemberdayaan Desa Kreatif Bebas Sampah bersama Gonicraft di Desa Rancatungku
  • Tanggal:28 Oktober 2020 - 06 Desember 2020
  • Lokasi Sosial Projek:Jawa Barat, Kabupaten Bandung, Pameungpeuk, Rancatungku.

Inovator

  • Perguruan Tinggi:Telkom University
  • Ketua:Lulu Ilma Firoh
  • Angota#1:Hardianti Rusi Sitompul
  • Angota#2:Bagus Nurul Hakim

SDGs

Infrastruktur, Industri dan Inovasi Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan Menjaga Ekosistem Darat

Share

Deskripsi

Gambaran umum social project adalah memberdayakan masyarakat setempat untuk membangun desa kreatif dengan cara mengelola sampah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mengadakan sosialisasi cara memilah sampah sederhana kepada masyarakat setempat, pemilahan sampah yang disosialisaskan terhadap masyarakat adalah sosialisasi pemilahan sampah yang sederhana berupa pemilahan sampah organik dan non organik terlebih dahulu. Kemudian setelah masyarakat diedukasi melalui sosialisasi pemilahan sampah tersebut maka selanjutnya adalah tim Gonicraft mensosialisasikan pemilahan sampah potensi jual dan potensi karya kepada pengurus desa setempat seperti karang taruna, RT, RW dan kader desa lainnya, sosialisasi kepada pengurus desa tersebut dimaksudkan untuk membantu proses pengelolaan sampah yang ada di desa tersebut sehingga masyarakat bisa mandiri dalam mengelola sampah. Selanjutnya, masyarakat yang sudah memilah sampah menjadi organik dan non organik akan di kumpulkan oleh pengurus desa atau karang taruna untuk dipilah kembali menjadi sampah potensi jual dan sampah potensi kerajinan. Sampah potensi jual adalah sampah yang bernilai tinggi untuk dijual kembali seperti kertas, botol bersih, kardus dan lain-lain, sedangkan sampah potensi kerajinan adalah sampah yang berpotensi sebagai bahan baku kerajinan seperti kaleng, botol berwarna, tutup botol dan lain-lain. Setelah sampah dipilah oleh pengurus maka sampah yang potensi jual nantinya akan dijual oleh pengurus kepada pengepul disekitar desa tersebut yang hasilnya akan di salurkan untuk kas desa maupun kas masjid sesuai dengan perjanjian masyarakat setempat. Sedangkan sampah yang Empowering Young Innovator for Digital Village #BikinKerenDesaku

TAHUN 2020 potensi kerajinan akan di manfaatkan menjadi barang kerajinan oleh pengurus dengan di bantu tim Gonicraft dengan mengadakan pelatihan pembuatan barang kerajinan dari sampah dengan di damping oleh ahlinya. Setelah pengurus desa diberikan pelatihan pembuatan barang kerajinan, maka kerajinan yang telah dibuat oleh pengurus desa tersebut akan di kumpulkan dan di catat oleh tim Gonicraft untuk didata. Data tersebut digunakan sebagai catatan ada berapa barang yang sudah diolah menjadi barang kerajinan, selain mengadakan pelatihan pembuatan kerajinan dari sampah tim Gonicraft juga membantu memasarkan di social media seperti website, e-commerce dan instansi-instansi seperti hotel, event organizer, wedding organizer, dan tempat oleh-oleh hasil kerajinan. Produk yang di bantu pasarkan adalah produk yang dihasilkan oleh pengurus desa, jika produk tersebut terjual maka hasil dari penjualan tersebut akan di bagi hasil sebanyak 5% untuk gonicraft dan sisanya untuk pengurus desa tersebut. Diharapkan dengan mensosialisasikan pemilahan sampah, memberi pelatihan pembuatan kerajinan serta membantu pemasaran produk yang dihasilkan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Hasil dari penjualan produk tersebut bisa digunakan sebagai kas desa maupun sebagai kas masjid sehingga sampah yang mereka hasilkan menjadi berkah bagi masyarakat juga.

PESAN DAN KESAN

Berawal dari keresahan kami akan sampah yang semakin menggunung serta adanya desa yang potensial untuk di jadikan pilot project, kami memberanikan diri mengikuti kompetisi bergengsi yang di adakan oleh Universitas Telkom yang bekerjasama dengan Telkom Indonesia, BUMN dan CEAE Universitas Telkom. Dalam proses pendaftaran kami sangat berharap lolos agar kami bisa mengimplementasikan solusi untuk lingkungan. Dan pada akhirnya kami lolos masuk kedalam Top 100 Innovillage 2020 yang berhak mendapatkan pendanaan untuk implementasi ide dan konsep yang telah kami rancang. Setelah pengumuman tersebut kami langsung menyusun rundown kegiatan selama 4 minggu dan melakukan list kebutuhan apa saja yang dibutuhkan kedepannya. Dari minggu pertama yaitu survei tempat diskusi dengan permateri. Kesan di minggu pertama saat survei tempat di desa Rancatungku, kami sangat senang karena di sambut hangat oleh warga setempat selain survei kami juga melakukan diskusi Bersama mengenai apa saja keluhan warga mengenai lingkungan selain sampah yang bisa kami bantu, dan warga sangat antusias untuk mengutarakan apa saja permasalahan lingkungan yang di hadapi serta solusi yang mereka tahu. Disitu kami merasa sangat bersemangat karena warga yang sangat antusias dan semangat untuk mengubah lingkungan mereka menjadi lingkungan yang bebas sampah. Selain itu ketika kami diskusi dengan permateri kerajinan sampah pun mempunyai visi yang sama maka dari itu kami tambah senang dan bersemangat untuk menjadikan desa Rancatungku sebagai desa bebas sampah. Diminggu kedua kami melakukan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai cara memilah sampah sederhana dengan baik dan benar sehingga dapat di manfaatkan kembali. Kami mengedukasi masyarakat memilah sampah menjadi dua yaitu sampah potensi jual yang terdiri dari 5 kategori serta sampah potensi jual untuk diolah menjadi kerajinan siap jual. Pada sosialisasi tersebut kesan yang pertama kali kami dapat adalah warga yang sangat semangat untuk bertanya mengenai pemilahan sampah bedasarkan jenisnya, bahkan ada yang membawa sampah dari rumahnya untuk di tanyakan kepada kami bahwa sampah tersebut bisa masuk kategori potensi jual atau kerajinan. Keramahan dan keterbukaan mereka mengenai masalah lingkungan dan semangat menjadikan kami bertambah semangat untuk menjadikan desa tersebut pilot project GoniCraft. Kemudian di minggu berikutnya kami melakukan pelatihan foto produk kepada pengurus desa Rancatungku khususnya remaja masjid Al-Istiqomah dan tidak di sangka bahwa mereka bahkan sudah belajar sedikit materi foto produk sebelum pelatihan, disitu kami melihat semangat yang konsisten warga untuk belajar. Pada saat proses pembelajaran pun kami sangat terharu karna 3 minggu kami disana sudah di anggap keluarga oleh mereka. Diminggu terakhir kami mengadakan pelatihan membuat kerajinan dari sampah yang sudah dipilah oleh warga desa. Kesan yang kami dapatkan adalah sangat sangat terharu karena, pelatihan tersebut dilakukan dari pagi hingga sore hari namun karena warga yang sangat antusias maka pelatihan tersebut kami extend sampai dengan malam dan warga tetap semangat bahkan ada beberapa warga yang datang untuk membawakan makanan. Dan yang paling berkesan adalah ketika semua yang kita edukasi kepada mereka, mereka lanjutkan hingga sekarang bahkan sudah berpenghasilan dari sampah. Dan juga menurut penuturan pengurus desa, masjid al-istiqomah sudah menjadi sadar lingkungan dan menjadi percontohan desa lain dan menarik kepala desa, sekdes, karag taruna desa untuk berkunjung dan belajar mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. minggu yang sangat berkesan dan selalu terkenang, sekarang masjid di daerah desa Rancatungku tersebut sudah menerapkan bebas sampah dan masjid kreatif serta sudah menghasilkan rupiah dengan sampah. Kami berharap bisa menerapkan konsep ini di berbagai desa yang ada di Bandung, sehingga desa tidak perlu khawatir mengenai permasalahan sampah serta dapat meningkatkan pendapatan warga dengan sampah.

Link video dokumentasi

Top