Loading...

VILLEARN (From Village We Learn) Mobile App Learning Management System Berbasis SMS untuk Desa dengan Keterbatasan Sinyal Internet

28 Oktober 2020
Telkom University

Projek

  • Judul:VILLEARN (From Village We Learn) Mobile App Learning Management System Berbasis SMS untuk Desa dengan Keterbatasan Sinyal Internet
  • Tanggal:28 Oktober 2020 - 06 Desember 2020
  • Lokasi Sosial Projek:Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap, Maos, Maos Lor.

Inovator

  • Perguruan Tinggi:Telkom University
  • Ketua:Naufal Sayyid Furqoon
  • Angota#1:Toifatul Ngulum
  • Angota#2:Citra Pangestu

SDGs

Pendidikan Bermutu Infrastruktur, Industri dan Inovasi

Share

Deskripsi

Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Menciptakan pendidikan yang layak dan berkualitas dibutuhkan peran serta kontribusi dari semua pihak. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua siswa bisa memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas. Salah satu faktor yang menjadi hambatan adalah fasilitas dan infrastruktur yang kurang mendukung sehingga tercipta kesenjangan pendidikan. Kendala utama yang dialami oleh siswa saat ini salah satunya adalah jaringan internet yang terbatas. Salah satu contoh kesenjangan pendidikan karena hal ini terjadi pada para siswa di Desa Mernek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap. Desa Mernek merupakan salah satu desa terpencil di Indonesia. Mayoritas wilayahnya adalah area persawahan, sangat jarang sekali koneksi internet ditemukan di desa ini.

Situasi pandemi Covid-19 mengharuskan para siswa untuk belajar secara online yang tentunya memerlukan paket data dan koneksi internet. Namun di Desa Mernek sulit untuk memperoleh koneksi, tidak jarang pula ditemukan siswa yang harus pergi ke sawah untuk sekedar mencari sinyal ataupun harus pergi ke kota. Hal ini tentu saja tidak efektif dan efisien, apalagi di situasi pandemi seperti ini sangat berbahaya untuk bepergian. Di samping itu, banyak orang tua yang mengeluh karena belajar online membutuhkan banyak paket data. Siswa memang diberikan paket data edukasi oleh pemerintah, namun pemberian paket data edukasi ini tidak bisa dimanfaatkan secara optimal karena pada faktanya guru lebih sering menggunakan aplikasi Whatsapp dibandingkan Google Class Room ataupun aplikasi edukasi lainnya.

Simple Message Service (SMS) merupakan teknologi berkirim pesan yang sudah ada sejak lama yang mampu dikirimkan melalui jaringan 2G yang tersedia hampir di seluruh wilayah indonesia. Penggunaan SMS ini dapat menjadi solusi dari keterbatasan siswa dan tenaga pengajar di Desa Mernek dalam melakukan pembelajaran secara daring melalui jaringan internet. Oleh karena itu kami mencoba membuat aplikasi From Village We Learn (Villearn) yang merupakan aplikasi pembelajaran berbasis android yang menggunakan protokol SMS sebagai kanal komunikasi datanya.

INOVASI

Adapun gambaran umum dari solusi permasalahan yang ada berupa pembuatan sebuah aplikasi learning management system berbasis android, aplikasi ini ditujukan untuk mempermudah proses belajar mengajar siswa dan guru secara daring. Aplikasi ini kami beri nama Villearn yang merupakan singkatan dari from village we learn.

Layanan yang diberikan aplikasi Villearn yaitu berupa pembuatan dan pemberian tugas untuk siswa SD, pemberian ringkasan untuk dibaca, dan memudahkan pendataan prestasi siswa selama masa pembelajaran daring. Villearn juga bisa digunakan tanpa mengandalkan koneksi internet, karena data yang dikirimkan berupa link yang merupakan hasil kompresi dari catatan atau soal yang sudah dibuat sebelumnya.

IMPLEMENTASI

Pada progras minggu 1, tim kami mengalami masalah yang di luar kendali, aku sebagai ketua tim tidak bisa melakukan komunikasi dengan semua orang karena satu-satunya perangkat yang memungkinkan aku untuk berkomunikasi dengan mereka rusak oleh kecerobohan saudara ku, smartphone ku tanpa sengaja ikut tercuci dan akhirnya mati total, tanpa koneksi internet, smartphone cadangan, dan mobilitas yang sangat terbatas, aku sebagai ketua tim tidak bisa berbuat banyak selain menyelesaikan flow aplikasi yang sudah aku buat sebelumnya.

Minggu ke 2, aku pikir smartphone ku bisa bekerja dengan baik setelah diperbaiki pada minggu pertama, ternyata aku salah, smartphone ku masih tidak bisa bekerja dengan baik, bahkan masih belum kembali ke genggaman ku hingga hari ini, tapi untunglah aku memiliki modem yang bisa ku gunakan untuk mengakses aplikasi whatsapp melalui emulator android. Dan pada minggu ke dua ini, aku berhasil menghubungi tim untuk menyerahkan sementara mengenai pengembangan aplikasi kepada anggota tim ku, dan mereka berhasil menyelesaikan desain aplikasi walau masih ada beberapa desain yang harus ku perbaiki karena tidak sesuai dengan panduan dari web material design. Di minggu ke dua ini juga kami mulai mendiskusikan mengenai apa saja yang kami butuhkan untuk menunjang proyek kami, dan kami memutuskan untuk membeli beberapa peralatan yang kami perlukan. Namun hal ini belum terlaksana sampai minggu ke empat, karena semua dana baru saja diterima dan dikirimkan ke rekening ku.

Minggu ke 3, aku memutuskan untuk membeli smartphone baru menggunakan uang tabungan kuliah ku, dan akhirnya bisa berkomunikasi kembali dengan anggota tim, kami sudah mulai heboh dengan deadline yang semakin dekat dan aplikasi yang masih belum siap digunakan, dan karena hanya aku satu-satunya yang bisa membuat aplikasi android diantara kami bertiga, dan kemampuan untuk mengembangkan aplikasi berbasis android ku yang masih belum seberapa membuat aku kesulitan untuk membuat aplikasi yang cukup kompleks ini dalam waktu satu bulan. Aku sebagai ketua tim sempat down selama beberapa hari karena merasa pesimis dapat menjalankan tantangan yang berat ini, namun setelah diberikan dukungan oleh anggota tim dan dosen pembimbing, aku mulai lanjut mengerjakan aplikasi sampai sejauh yang aku mampu.

Minggu ke 4, aplikasi masih berbentuk antarmuka dan fitur utama dari aplikasi juga masih belum tersedia, hal ini disebabkan karena aku kesulitan untuk menemukan cara memuat data soal ke dalam sebuah link, dosen pembimbing ku sebenarnya sudah pernah membuat aplikasi serupa, namun beliau sudah tidak memiliki lagi sumber kode aplikasi tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk mulai melakukan sosialisasi aplikasi Villearn kepada guru dan murid yang menjadi tester kami walau hanya didukung oleh aplikasi yang belum sepenuhnya berjalan. Sebelumnya kami merencanakan untuk meminta dua orang guru dan dua orang murid untuk menjadi tester dari aplikasi kami, namun sayangnya kami terkendala waktu, karena kebetulan minggu ke 4 ini bersamaan dengan jadwal ujian akhir semester siswa SD desa Mernek, sehingga kami hanya mendapatkan satu orang guru dan satu orang murid.Proses sosialisasi dilakukan di rumah salah satu anggota kami secara pribadi, dibarengi dengan serah terima smartphone sebagai alat pendukung dari pengembangan aplikasi Villearn.

Minggu ke 5, aku masih melanjutkan pengembangan aplikasi ini, prosesnya memang tidak berjalan mulus, namun setidaknya guru dan siswa di desa Mernek sudah memiliki prototype aplikasi yang berjalan di smartphone yang sudah kami berikan sebelumnya, lalu sebagai bentuk pertanggungjawaban ku, aplikasi ini aku lanjutkan sebagai tugas proyek akhir mahasiswa D3 RPLA, dan dalam 7 sampai 8 bulan kedepan, aku yakin aplikasi ini sudah bisa digunakan oleh guru dan murid di desa Mernek secara penuh.

KESAN DAN PESAN

Terima kasih kepada program Innovillage dan Telkom University yang sudah memberikan kepada kami kesempatan untuk belajar membangun pendidikan di desa terpencil menggunakan teknologi, memang proyek ini tidak berjalan mulus sesuai apa yang kami harapkan, namun dari sini kami belajar pentingnya membuat perencanaan jangka panjang dalam menjalankan suatu proyek, kami juga belajar pentingnya komunikasi dan koordinasi antara anggota tim.

Memang aplikasi kami masih belum siap untuk digunakan secara luas dan menyeluruh oleh siswa dan guru di SD desa Mernek, namun dengan progres yang kami buat sejauh ini, saya yakin kami tetap bisa menyelesaikan aplikasi ini dan dapat sesegera mungkin melakukan proses deploy ke pengguna kami di SD desa Mernek.

Lihat video dokumentasi nya disini

Top