Loading...

TernaQ: Pengimplementasian IoT dalam bidang IoT Farming

28 Oktober 2020
Telkom University

Projek

  • Judul:TernaQ: Pengimplementasian IoT dalam bidang IoT Farming
  • Tanggal:28 Oktober 2020 - 06 Desember 2020
  • Lokasi Sosial Projek:Jawa Barat, Kota Bogor, Tanah Sereal, Cibadak.

Inovator

  • Perguruan Tinggi:Telkom University
  • Ketua:Ikhsan Tasef Nur Fikri
  • Angota#1:Galuh Ramaditya
  • Angota#2:Shahnaz Kamilah

SDGs

Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Infrastruktur, Industri dan Inovasi

Share

Deskripsi

Ternak sapi terutama sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging sapi yang memiliki nilai ekonomis yang tergolong tinggi. Ternak sapi dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan, khususnya bahan makanan. Sapi potong atau yang biasa disebut sapi pedaging sendiri merupakan jenis sapi yang dikhususkan untuk dipelihara guna diambil manfaat dagingnya. Waktu maksimal penggemukan sapi potong biasanya adalah enam bulan. Dalam jangka waktu kurang lebih enam bulan tersebut diharapkan terjadi pertumbuhan daging dan lemak pada sapi ternak.

Peternakan merupakan bidang yang tidak asing lagi untuk kalangan pedesaan. Sapi potong memiliki beberapa jenis yang terdapat di Indonesia, saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).

Usaha ternak sapi potong di Indonesia sebagian besar masih dipelihara dan dirawat secara tradisional. Dalam pemeliharaannya, dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan sebagai pembibitan dan pemeliharaan sapi untuk digemukkan. Widyaningrum, (2005), menyatakan bahwa ciri-ciri pemeliharaan dengan pola tradisional yaitu kandang dekat dan menyatu dengan rumah dan produktivitas rendah. 

Salah satu upaya peningkatan produksi daging sapi potong adalah dengan meningkatkan usaha pembibitan ternak sapi potong. Berawal dari adanya bantuan dari DPR-RI yang dikhususkan untuk membantu perekonomian masyarakat, pemerintah mengirimkan sepuluh ekor sapi potong (anakan) untuk dirawat dan dipelihara ke Desa Cibadak, tepatnya yang berada di Kota Bogor. Masyarakat Desa Cibadak memanfaatkan hal ini menjadi salah satu peluang usaha untuk masyarakat desa. Dikarenakan banyaknya masyarakat yang kesulitan dalam perekonomian terutama di masa pandemi Covid-19 ini.

Pembangunan kandang sapi selesai pada pertengahan bulan Desember 2020 oleh masyarakat Desa Cibadak. Dengan berlokasikan di daerah kebun bambu pada Desa Cibadak, terdapat kandang sapi potong yang berisikan sepuluh anakan sapi potong. Semua bibit sapi potong berjenis kelamin betina, yang rencananya akan dikembangbiakkan untuk digemukkan dan dimanfaatkan daging sapinya untuk dijual sehingga diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat Desa Cibadak. Namun, Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang untuk mengurus serta menjaga sapi-sapi tersebut menjadi permasalahan Desa Cibadak dalam melakukan proyek Desa Cibadak.

Perkembangan teknologi dewasa ini telah banyak menerapkan IoT sebagai solusi dari berbagai permasalahan yang ada. IoT dapat menghemat tenaga dan waktu manusia yang memungkinkan untuk melakukan pengawasan dari jarak jauh melalui smartphone atau website. Sehingga, kami mengusulkan pembuatan Smart-Ternak yang bernama TernaQ untuk membantu Desa Cibadak dalam mengelola ternak sehingga sukses dengan proyek ternak sapi potong.

PENERAPAN INOVASI

TernaQ adalah social project berbasis IoT berupa Smart-Ternak atau ternak pintar yang dapat memudahkan kegiatan berternak. TernaQ dapat menghemat tenaga serta waktu peternak dalam mengurus hewan ternak sehari-hari. Dengan menciptakan IoT hewan ternak bernama TernaQ, diharapkan dapat membantu meringankan pekerjaan peternak dalam mengurus hewan ternak, adapun fitur TernaQ antara lain yaitu:

  1. Memberi makan dan minum melalui aplikasi dengan penjadwalan maupun aktivitas pengguna,
  2. Memutar lagu yang dapat menenangkan hewan ternak,
  3. Menyalakan lampu kandang otomatis,
  4. Mengawasi hewan ternak menggunakan CCTV, dan,
  5. Menjaga kebersihan air minum hewan ternak dengan memanfaatkan sinar UV.

Proyek TernaQ mulai dirancang dan dibangun pada masa pandemi Covid-19 tepatnya dimulai pada bulan November 2020 dan masih dalam tahap pengembangan hingga saat ini.

Proyek TernaQ ini diciptakan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat Indonesia yang bergerak dibidang Livestock Industry atau Industri Peternakan, khususnya dimulai dari masyarakat Desa Cibadak, Kayumanis, Kota Bogor, yang diharapkan nantinya project TernaQ dapat merambah ke seluruh peternakan milik masyarakat desa Indonesia guna membantu menstabilkan perekonomian Indonesia.

Proyek TernaQ disasarkan kepada masyarakat Desa Cibadak karena proyek ternak sapi milik Desa Cibadak sendiri masih baru dan mendapat bantuan dari DPR-RI yang dimana tujuannya sudah jelas yaitu bukan usaha milik pribadi dan memiliki tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat Desa Cibadak di masa pandemi Covid-19 ini.

Proyek TernaQ tercipta karena kami memiliki koneksi dari salah satu anggota kami asal bogor yaitu Galuh Ramaditya dengan Bapak Mulyadi selaku ketua RW. Dalam melakukan implementasi, tahap awal Tim TernaQ menemui Pak Mulyadi dan membahas teknologi apa saja yang akan diterapkan. Lalu membuat prototype dari teknologi yang akan dibuat. Tim TernaQ awalnya menggunakan metode scrum, masing masing anggota memegang tanggung jawab dari fitur-fitur karena TernaQ tidak hanya memiliki satu fitur. Namun karena adanya kendala satu dan lain hal, Tim TernaQ memutuskan untuk mengubah metode scrum menjadi metode waterfall.

SUKA DUKA DAN KESAN

Terdapat banyak sekali suka duka menjadi salah satu dari 100 tim yang lolos di Innovillage. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri kami dipercayai dan diamanahkan untuk menjalankan social project di Desa Cibadak, Kayumanis, Kota Bogor, namun terdapat tanggung jawab yang besar kami rasakan. Dapat membantu masyarakat desa sebagai bentuk pengabdian masyarakat atas ilmu-ilmu yang telah kami dapatkan menjadi suatu tantangan tersendiri yang kami rasakan. Terutama di masa pandemi Covid-19 ini tentulah tidak mudah untuk dapat mewujudkannya dalam waktu singkat. Kami memutuskan untuk tinggal di daerah Bogor tepatnya menyewa kost-an agar kami dapat menjalankan kewajiban kami untuk mewujudkan TernaQ di Desa Cibadak. 

Rintangan yang kami hadapi tidak hanya satu dua hitungan jari, mulai dari kandang sapi yang masih dalam proses pembangunan setibanya kami di lokasi, cuaca Kota Hujan yang tidak menentu membuat kami harus lebih ekstra hati-hati untuk menjaga kesehatan diri kami, adanya protokol kesehatan di New Normal ini yang membuat kami harus menerapkan pola hidup baru, dan kegiatan perkuliahan kami yang berada di penghujung semester lima membuat pikiran kami terbagi fokusnya antara project TernaQ dan kewajiban kami sebagai mahasiswa, terlebih lagi perbedaan jurusan yang membuat kami harus saling mencocokan jadwal kosong satu sama lain untuk dapat mengerjakan project bersama-sama. Kami juga banyak mempertimbangkan keputusan dalam mengambil langkah karena terbatasnya dana untuk membangun project TernaQ. 

Selama menunggu proses pembangunan kandang selesai, kami membuat prototype menggunakan triplek serta alat dan bahan lainnya guna membuat prototype kandang dengan alat IoT yang akan diimplementasikan dalam bentuk miniatur kecil. Selain itu, terbatasnya supplier yang menjual alat dan bahan IoT di Kota Bogor membuat kami harus melakukan pembelian secara online yang dimana memakan waktu cukup banyak ditambah lagi dengan ongkos kirim pengantaran barang. 

Kami juga kesulitan selama riset jaringan WiFi yang dapat menjangkau daerah kandang ternak sapi di Desa Cibadak, dikarenakan daerahnya cukup terpencil, sulit untuk menemukan provider WiFi yang sesuai dengan budget yang kami miliki. Setelah menemukan satu provider WiFi yang sanggup menjangkau kandang sapi, kami meminta persetujuan dari Pak RW yaitu Pak Mulyadi, tapi beliau cukup keberatan dengan harga yang ditawarkan, sehingga membuat kami harus mem-pivot ide kami yaitu aplikasi android. Setelah berdiskusi dengan masyarakat Desa Cibadak, kami memutuskan untuk membuat sistem IoT, namun tidak terhubung dengan smartphone karena tidak tersedianya layanan internet di kandang sapi. 

Sangat banyak pelajaran yang kami dapat berkat project ini mulai dari mengenal masyarakat Desa Kayumanis, bagaimana cara memaksimalkan resource sumber daya manusia dan juga pendanaan TernaQ kami yang terbatas, merasakan turun langsung ke lapangan untuk ikut andil dalam pengabdian masyarakat, mendapat pelajaran mengenai kerja sama tim, belajar untuk me-manage waktu kami untuk mengerjakan project dalam waktu yang cukup singkat bagi pengembangan IoT. Semoga kami dapat berpartisipasi lagi di tahun mendatang untuk membangun negeri Indonesia menjadi lebih baik lagi. Terima Kasih Innovillage:)

VIDEO DOKUMENTASI FINAL

Nama YouTube : Shahnaz Kamilah

Klik Link dokumentasinya

Top