Pengolahan Sampah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (FUPLAS; Fuel from Plastic)
28 Oktober 2020
Telkom University
Projek
- Judul:Pengolahan Sampah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (FUPLAS; Fuel from Plastic)
- Tanggal:28 Oktober 2020 - 06 Desember 2020
- Lokasi Sosial Projek:Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya, Cipatujah, Cipatujah.
Inovator
- Perguruan Tinggi:Telkom University
- Ketua:M. Iqbal Tawakal
- Angota#1:M. Alfarafi M. F.
- Angota#2:Taqy Muhammad Z.
SDGs
Energi Bersih dan Terjangkau Infrastruktur, Industri dan InovasiShare
Deskripsi
Pemanfaatan plastik bagi kehidupan manusia memang tidak terelakkan. Sebagian penduduk dunia menggunakan plastik dalam kehidupan sehari hari. Keistimewaan plastik selain memerlukan energi yang lebih hemat, plastik juga memiliki bobot yang ringan, praktis, dan tidak mudah pecah hingga menyebabkan tidak akan pernah bisa terlepas dari plastik. InSWA atau Indonesia Solid Waste Association, yang berdiri pada tahun 2003 dan sebagai wadah asosiasi yang menangani khusus pengelolaan sampah di Indonesia mengungkapkan perlunya bagi setiap unsur masyarakat untuk mendukung pengelolaan dan penggunaan plastik ramah lingkungan. Persoalan sampah di Indonesia merupakan sebuah fenomena nasional yang memerlukan perhatian khusus untuk menemukan solusi terbaik menyangkut bagaimana melakukan pengelolaan, pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, laju penggunaan plastik pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Alue Dohong menyatakan bahwa jumlah timbulan sampah nasional pada 2020 mencapai 67,8 juta ton, dan diantaranya adalah sampah plastik yang sulit diurai.
Desa Cipatujah merupakan sebuah desa di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di desa ini masih banyak sampah yang menumpuk. Sampah yang banyak dihasilkan disini adalah plastik. Sampah plastik tidak dapat terurai secara alami, oleh karena itu diperlukan suatu proses khusus yang dapat mengolah limbah ini menjadi bermanfaat, salah satunya adalah proses pirolisis dan destilasi yang nantinya akan menghasilkan 2 jenis minyak; yaitu bensin dan solar, tergantung pada lama pembakaran dan suhu yang digunakan. Dengan teknologi tepat guna tentunya sampah plastik dapat dikelola dengan baik. Salah satunya yang saat ini sedang kami kembangkan adalah mengkonversi sampah plastik menjadi BBM setara solar dan premium. Sistem kerja yang digunakan dengan pirolisis, sampah plastik dipanaskan dengan suhu diatas 300°C sehingga menjadi uap dan didinginkan oleh fluida cair untuk mendapatkan hasil minyaknya. Hasil dari penyulingan bisa digunakan oleh warga sebagai bahan bakar kendaraan bermotor mereka (solar dan premium) atau pun bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak (minyak tanah). Proyek ini akan memberikan solusi untuk mengurangi sampah i Desa Cipatujah. Untuk solusi yang kamu tawarkan ini sebenarnya sudah pernah dibuat dan dikembangkan. Tapi yang membuat alat kami berbeda adalah kami menggunakan bahan yang bagus sehingga lebih tahan lama. Karena bahan yang kami gunakan bisa bertahan lama, kami menyarankan warga untuk mempergunakannya sebaik mungkin. Masyarakat bisa menggunakan nya untuk sampah di desa mereka sendiri dan juga digunakan untuk masyarakat di desa sekitar dengan biaya tambahan.
Dengan alat ini kami berharap besar bisa mengolah sampah plastik yang tidak berguna menjadi berguna dan memiliki nilai ekonomis. Warga bisa menyewakan alat kepada desa sekitar dan juga bisa menjual hasil dari pembakaran tersebut. Setelah alat kami berikan kepada masyarakat, kami berharap bisa terus berhubungan dengan masyarakat untuk mengetahui keadaan warga dan juga alat yang kami berikan.
Pada minggu pertama, kami lebih banyak melakukan diskusi dengan dosen dan juga antar anggota kelompok. Kami melakukan desain ulang, penentuan alat dan bahan yang sesuai dengan kriteria dan juga sistematika alat yang mudah dioperasikan. Pada minggu pertama juga, salah satu anggota kami melakukan survey lapangan untuk berkoordinasi dengan kepala Desa Cipatujah. Dari hasil survey didapatkan hasil bahwa ide kami disetujui dan diterima oleh kepala desa. Dan juga berdasarkan hasil survey lapangan, kami masih harus mencari tempat khusus untuk menyimpan alat kami nantinya. Karena belum adanya tempat pembuangan sampah akhir ataupun sementara di desa ini.
Pada minggu kedua, tim kami melakukan pembahasan bersama dengan tim dan juga dosen mengenai pengguna dari alat kami, proses yang tepat, material yang bisa digunakan, dan juga value yang alkan masyarakat bisa dapatkan. Pada minggu ini juga kami melakukan survey untuk menentukan alat dan bahan yang akan kami gunakan.
Pada minggu ketiga hingga kelima, tim kami melanjutkan survey untuk penentuan bahan dan juga survey tempat untuk membuat alat kami. Akhirnya kami menemukan vendor untuk membuat alat kami. Kami cukup kesulitan untuk mencari salah satu bahan kami untuk dijadikan alat. Pada akhirnya, alat kami bisa selesai tepat pada waktunya. Tetapi kami tidak bisa memberikan alat kami tepat pada waktunya. Karena kepala desa yang kami tuju baru bisa ditemui pada minggu berikutnya. Pada minggu berikutnya, tim kami dan beberapa tim lainnya, melakukan perjalanan ke desa yang kami tuju. Untuk alat tim kami sendiri disimpan di kantor desa, karena desa belum memiliki tempat yang sesuai dengan alat kami. Saat kami menyerahkan alat kami, desa sedang membangun tempat pembuangan sampah akhir.
Video kegiatan innovillage di sini.